Jumat, 16 November 2018

AKU TAK RELA


                          AKU TAK RELA


Oleh: Nurul Hidayah

Semilir angin sore yang tanpa disertai turunnya guyuran hujan, fina memutuskan untuk naik sepeda mengelilingi kampung tempat tinggalnya. Dengan santainya ayunan kaki itu tak terasa sudah berkali-kali mengitari jalan di sepanjang kampung.

Fina melihat sosok wanita tua, yang sedang sibuk mengikat kayu di halaman rumah kecil, berukuran 5x10m yang dindingnya terbuat dari bambu. Nenek Asti namanya. Badannya tinggi kurus, kulit kuning langsat berhijab biru.

Pemandangan yang membuat fikiran Fina menggelayut, kenapa Nenek Asti tinggal di gubuk itu, sedang ia mempunyai keluarga, suaminya bernama kakek Hamid meskipun sudah tua, ia masih hidup, dan tentunya masih butuh perhatian dari sang istri tercinta.

Fina hanya bisa menghela nafas panjang, ada apa? orang setua mereka, yang mestinya  rukun dan damai menikmati hari tuanya dengan ditemani anak cucu tersayang tapi ia memilih menyendiri dan sepi tanpa satu pun anak atau cucunya yang menemani.

Nenek Asti, menyendiri di gubuk kecil yang tak jauh dari rumah yang ditempati dengan suami dan anaknya. Rumah limas kuno besar dan bersih keliatan sepi seperti tanpa penghuni ... Lalu kenapa? Nenek Asti harus meninggalkan rumah dan menyendiri, Fina tak habis fikir, kenapa ia harus melihat pemandangan yang miris, tak jauh dari rumahnya ... Yaa Allah, kenapa dengan mereka? fikiran Fina gundah dan tidak tenang.

Sesampai di rumah, Fina istirahat sebentar dan ditemui suami tercintanya.

"Mas, aku tadi melihat Nenek Asti kok sendiri menghuni gubuk kecil, depan rumah Ibu Ani ... Kenapa ya?" rasa penasaran Fina yang tak rela melihat pemandangan yang barusan dilihatnya.

"Iya Dik, mereka berpisah karena Nenek Asti tidak betah hidup bersama suaminya" suami Fina menjawab sesuai kabar yang didengar dari tetangga.

"Astaqfirullah Mas ... Kok bisa-bisanya mengambil keputusan yang gak masuk akal" jawab Fina yang terheran-heran.

"Yaa begitulah jalan hidup seseorang yang kadang aneh dan mengherankan" fikiran suami Fina pun juga sama seperti apa yang di rasakan istrinya.

Pemandangan seperti itu berbulan-bulan dilihatnya, setiap lewat depan rumah itu Fina selalu melihat Nenek Asti sendiri, kalau pagi Nenek Asti berbelanja di depan rumahnya, tukang sayur itu, menghampirinya setiap hari. Dalam hati Fina, apakah bahagia Nenek Asti dengan keputusannya menyendiri di rumah sempit ini. 

Suatu hari terdengar berita, bahwa Kakek Hamid sedang sakit. Aku hanya bisa mengamati dari kejahuan, ternyata Nenek Asti masih punya rasa empati pada suaminya. Ia pulang ke rumah besarnya dan menemani suaminya yang sedang sakit, hatiku lega melihatnya. Karena hubungan mereka membaik tak lagi egois, yang saling mempertahankan ego masing-masing.

Innalillahi wainailaihi rajiun ... Siang itu tersiar kabar bila Kakek Hamid telah meninggal dunia, para tetangga dan sanak saudara pun semuanya melayat, dan menghantarkan kepemakamannya. Rasa sedih dan pilu terlihat jelas dari raut wajah Nenek Asti yang mengiringi kepergian suaminya. Anak cucunya pun berkumpul dan terlihat Nenek Asti tidak sendiri lagi. Walaupun dalam keadaan berkabung, Fina turut senang melihat keharmonisan keluarga itu tercipta kembali.

Terkejut tiba-tiba, kala Fina melihat Nenek Asti yang menghuni gubuk sempit itu lagi, Fina mampir sebentar, ingin sekali bertanya, kenapa nenek Asti, kembali lagi di rumah sempit ini?. Fina memberinya salam, dengan fikiran kacau dan mengurungkan saja niatnya untuk bertanya, Fina tak tega mengorek luka lama di hatinya. Tentu sangat menyakitkan hingga ia memutuskan untuk hidup menyendiri sebatang kara lagi.


Hati Fina sedih mengingat Nenek Asti, ia kembali bertanya pada suaminya yang jawabannya sama saja, ia pun tak tau.

Fina mendekap erat suaminya, dan berucap "Mas, semoga kita diberikan kesehatan, Umur yang panjang dan Berkah, sakinah, mawadah, warrahmah menikmati hari tua bersama anak-anak dan cucu kita ya?"

Suami Fina mengelus lembut lengan istrinya seraya berucap "Aamiin".

#onedayonepost
# kelas fiksi
#Domestic drama
#ODO_6








11 komentar: