Rabu, 14 November 2018

SENANDUNG DOA


             SENANDUNG DOA


Oleh: Nurul Hidayah

Udara yang sejuk, sang bayu pun mengalunkan simponi yang syahdu. Aku duduk di teras rumah, dengan secangkir kopi yang menemani, menikmati sore hari  yang indah. Bunga-bunga nampak ceria menari tertiup angin, harum melati semerbak menyuguhkan kedamaian di hati. Kopi hitam di atas meja, kuseruput perlahan dengan aromanya yang khas membuatku ketagihan untuk selalu ingin meneguknya.

"Nikmat sekali keliatannya?" suara Suamiku membelah keheningan lalu menghampiri duduk di sebelahku

"Iya Mas, ku buatkan teh hangat ya?" sambil aku beranjak masuk menuju ruang dapur yang tak begitu jauh, dari tempat dudukku.

Suamiku cuma tersenyum, tanda ia setuju dengan teh hangat yang aku tawarkan. Meski selera kami beda, tapi saling melengkapi, juga tak menjadi masalah. Meski selera  kami berbeda.

"Ini Mas, teh hangatnya."

Kami asyik ngobrol, tentang bunga-bunga yang bermekaran di sekitar teras. Terasa indah dan nikmat duduk santai ditemani Suami apalagi sesekali bercerita, dan mengingat masa lalu perjalan hidup berumah tangga yang penuh liku, onak dan duri. Dalam hati, aku bersyukur, Allah telah karuniakan segalanya. Apa pun itu, baik suka atau pun duka. Meski rasa perih melanda kami tetap bersama saling menguatkan.

Keharmonisan bersama pasangan adalah salah satu penyemangat hidup, suami yang sabar pengertian yang membuatku selalu ceria meski kadang hadir riak-riak kehidupan menerpa, tapi selalu bergandeng tangan erat tuk menyeberanginya. Indah untuk dikenang, merindu bila saling berjauhan.

Aku yang hoby bersenandung, menambah suasana lebih romantis, saat ku alunkan sebuah syair lagu nostalgia, yang aku hayati dengan syahdunya. Menitik air mata bahagia, meresapi syair lagu yang memukau hatiku. Begitu besar-Nya kasih sayang Allah untuk hamba-Nya, seuntai doa pun tersemat dalam syair ini, tak hayal meleleh air mata ketulusan penuh cinta.

Peluklah diriku
Agar tak jauh darimu
Lebih baik kau tidur
Diatas pelukanku

Sebelum terlena
Senandungkanlah doa
Ukirlah namaku
Di relung hatimu

Lihatlah mentari
Perlahan akan tenggelam
Biasanya kan datang
Rembulan di waktu malam
Angin bertiup menyentuh dedaunan
Nampaknya menari
Riang di temani rembulan.

Tuhan, lihatlah kami
Yang tiada lelah berdoa
Di balik tirai yang sepi
Menanti hangatnya diri
Di bawah sinar rembulan
Nampak terang menitik
Tatapanmu teduh
Indah disinari rembulan.


#onedayonepost
#songlit
#kelasfiksi
#ODOP_6



8 komentar: