Jumat, 30 November 2018

KESABARANMU KASIH


By : Nurul Hidayah

Kasih, kesabaranmu membuat lorong-
lorong hatiku yang dulunya gelap, pekat tanpa cahaya. Aku terpuruk meniti  jalan yang tak ku kehendaki. Cayaha yang kau berikan pudar ditengah pekatnya malam. Aku tersungkur jatuh, dan tak tau arah pulang.

Kasih, kesabaranmu menuntunku kembali membuka pelan netraku. Agar ku mampu menatap kembali keagungan-Nya. Rasa syukurku, menyatu bersama kesabaranmu. Kau tunjukkan lagi untaian mutiara yang hilang. Aku terkesima memandang gemerlap cahayanya. Rasanya bagai mimpi, kau peluk erat aku, menuju telaga cinta yang kita rindukan. Disana kau tunjukkan pelangi menghias semesta, aku tertegun dan mengharu biru, rona memerah diwajahku. Aku diam tertunduk tak terasa buliran air mataku deras jatuh membasahi wajahku.

Kasih, kesabaranmu membuat terang hatiku. Kau perlihatkan purnama yang bersinar terang, bertahta di singgasana bermandikan kerlingan bintang-bintang. Hatiku damai,  bisa melalui hariku yang suram. Kini aku tak lagi sendiri, mengarungi mayapada yang penuh misteri

Kasih, kesabaranmu membawaku memahami arti kehidupan, 'tuk selalu ikhtiar, berserah diri. Dan hanya kepada-Nya tempat bergantung dan tempat kembali.


#Prosa liris
#KelasFiksi
#ODOP_6
#onedayonepost

Rabu, 28 November 2018

CINTA ABADI 2



By :Nurul Hidayah

Aku tertegun, mengeja kembali liris yang kau tulis. Ku nikmati ungkapan sanubarimu, yang begitu syahdu mendayu. Ingin rasanya ku coba, dan terus mencoba hingga buncahan rinduku terpadu mengalir bersama mimpimu.
Kini hatiku berbunga, jiwaku melayang  Jauh menembus dunia maya. Aku mencarimu, mencari dan terus ku cari hingga di penghujung waktu.
Bersama cintamu. Bersama kasihmu, meniti senja dalam bayangan. Menepis sepi dalam penantian panjang.
Kasih, aku selalu ada untukmu. Dalam diamku sejuta lara tak mampu melenyapkan rinduku padamu. Ku ukir indah namumu, kau ukir indah namaku. Seindah mawar merah yang kau berikan, berseri mewangi memenuhi relung-relung kalbuku. Di tepian danau biru, yang kau janjikan, inginku rengkuh liris mutu manikam yang kau rangkaikan.


#prolis
#kelasfiksi
#onedayonepost
#ODOP_6








Selasa, 27 November 2018

CINTA ABADI





By :Nurul Hidayah

Ku tertegun, mengeja kembali liris yang

kau tulis. Ku nikmati ungkapan

sanubarimu yang begitu syahdu. Ingin

 rasanya ku baca dan terus kubaca hingga

 rinduku berpadu.


Kini hatiku berbunga, jiwaku melayang

 jauh menembus dunia maya. Aku

 mencarimu, mencari dan ku menunggu

 hingga diujung waktu.



Bersama cintamu, bersama kasihmu meniti

 senja dalam bayangan. Menepis sepi,

 dalam penantian.


Ku ukir indah namamu, seindah mawar

 ditaman hatiku, berseri, mewangi

 memenuhi relung kalbuku.



#TantanganProlis
#KlasFiksi
#ODOP_6
#onedayonepost



Minggu, 25 November 2018

KEPERGIANMU


                            KEPERGIANMU



Oleh : Nurul Hidayah



Tiada lagi canda dan cerita

Liku-liku pertemanan kita

Harus berakhir sampai

Disini ...


Aku hanya bisa bercengkrama

Bersama bayang semu hadirmu

Kini tak ada lagi puji dan cela

Antara kita ...


Hanya nyanyian pilu kusenandungkan

Menggelayut merambah dinginnya suasana

Hatiku semakin tersanyat

Melihat langit smakin pekat ...



Merengkuh rindu yang tersisa

Dalam kesunyian 

Lantunan bait doa 

Yang dapat ku sematkan



#TemaBebas
#KelasFiksi
#ODOP_6
#onedayonepost











REVIEW BUKU FREUNDE

   
              REVIEW BUKU FREUNDE
                    (Kumpulan Cerpen)


Oleh: Nurul Hidayah

Judul         : Preunde
Penulis      : Ony Day One Post
Penerbit    : Embrio Publisher
Cetakan     : 1 Juni 2O18
ISBN           : 978-602-51989-4-6
Halaman   :  275 hlm.
Genre         : Persahabatan.

Tentang Preunde,

"Ada rindu yang membekas, yakni rindu menulis lagi. Bagai mana tidak?  Setiap penulis saling berlomba menyajikan cerita yang begitu apik, mengalir, asyik, seru, nagih, dan enggak ngebosenin. Bahkan bikin aku iri untuk bisa berkarya sebagus  dan sebaik mereka. Oleh karena itu antologi ini bukan sekedar menghibur. More than it. Sangat menginspirasi dan pastinya memiliki pesan tersendiri. Akupun berharap, kelak , masing- masing cerita bisa berkembang menjadi satu buku. Semoga terwujud. Aamiin."

INTAN RAINY ORANGE, PENIKMAT BUKU
EDITOR GEMA INSANI PRESS.

Dalam buku ini, berisikan 21 kisah persahabatan yang di tulis apik, oleh para peserta One Day One Post. Kumpulan cerita pendek fiksi yang bertemakan persahabatan.

Berbagai karakter sang penulis dapat kita nikmati dengan suguhannya yang khas. Yang membuat para pembaca ingin terus menikmati karya-karyanya.

Manusia hanya bisa berharap, tetapi takdir kehidupan hanyalah Hyang Jagad Nata yang bisa menentukan. Sayyid Ali Rahmad telah berjanji kepada sahabatnya, Sabda Palon, akan menjadi garda Majapahit. tetapi takdir juga yang mengubur janji itu. (halaman 22)

Begitu pasangan itu keluar dari Balai Adat, Mak Indung menggenggam tangan Mega dan merangkulnya. Ia biarkan perempuan muda itu menumpahkan tangis di pundaknya. Jauh sebelum mengurus hidup si Penganten Bulan, tugas pertama sorang Mak Indung adalah menjadi sekutu bagi  calon ibu. (170)

Kisah legenda yang aku suka, ceritanya yang klasik. Dan bisa menambah khasanah budaya sastra.

Anak raja hutan itu mengangguk kemudian menjilat tangan Tarman, sebagai tanda pamit dan perpisahan. Dengan langakah kilat sahabatnya itupun menghilang dikegelapan malam hutan bukit Lelo. (halaman 184)

Bolehkah kubiarkan rindu terus tumbuh

Hingga jantung berdetak

Dan darah yang berdesir

Tersemat namamu (halaman  58)

"So sweet."
"Semua sudah diatur Tuhan. Termasuk kemunculan kalian berdua saat lounching 'Arti Hadirmu' tempo hari. (halaman 106)

Aku jatuh berantakan, berkeping-keping. Aku mati. Tak mampu lagi kurasakan kehidupan dalam tubuhku.
Perempuan itu terkejut, menatapku penuh kesedihan. Namun dia hanya terdiam.
Maafkan aku menghancurkan barang kesayanganmu. Biarlah dia hacur berkeping-keping itu lebih baik. Dari pada keluarga kita yang hancur berkeping-keping. Aku akan menjadi telinga yang pertama kautuju. Aku sayang kamu.
                      (halaman 255)

*Biarlah persahabatan ini abadi, tanpa
    ikatan  yang sewaktu-waktu bisa melukai
    hati. Aku tak pernah Ingin engkau pergi*
                       (halaman 73)

Rangkaian kata-kata indah. Menjelma cerita penuh cinta. Persahabatan yang engkau abadikan, lewat tarian penamu ...
Ingin aku berbaur mengikuti jejakmu.
"PREUNDE" My BEST FREND

#TugasReviewBuku
#KelasFiksi
#ODOP_6
#onedayonepost






Jumat, 23 November 2018

Review film


REVIEW FILM SANG PENCERAH

Oleh : Nurul Hidayah

Film Sang Pencerah

Sutradara: Hanung Brantio

Penulis: Hanung Bramantio

Produser: Raam Punjabi

Tanggal rilis: 8 September 2010

Film Sang Pencerah besutan Hanung  Bramantio. Yang bercerita tentang Darwis putra  Abu Bakar dari Kauman, Jogyakarta.
Bermula dari lahirnya seorang bayi laki-laki yang diberi nama Darwis, tumbuh remaja. Dia sering melihat tradisi/ budaya sesajen, yang dicampur adukkan dengan Agama Islam. Yang menurutnya dapat menyesatkan.

Darwis ( M. Ihsan) yang berusia 15 tahun, Berangkat ke Makah. Pak de-nya yang diperankan oleh Sujiwo tedjo, menyarankan, jika berangkat ke tanah suci, sebaiknya harus membawa perubahan untuk Kauman.

Sepulang dari Makah, Darwis (Lukman Sardi) berganti nama Ahmad Dahlan pemberian nama dari gurunya. Ia menikah dengan seorang gadis bernama Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca).

Ahmad Dahdan sedih, sepulang dari tanah suci. Selama 5 tahun kampung Kauman ditinggalkan tetap saja budaya masyarakat yang kental dengan mistis, melaksanakan syariat agama Islam yang melenceng kearah yang sesat dan menyesatkan.

Perubahan pertama yang dilakukan Ahmad Dahlan ialah merubah arah kiblat. Yang selama ini tidak benar. Ia menggunakan kompas untuk menentukan arah kiblat. Selama ini masyarakat di sekitar Masjid Besar Kauman, sembahyangnya tidak kearah Ka'bah, melainkan ke arah Afrika.

Sang kyai cholil Kamaludiningrat (Slamet Raharjo)  tentu sangat marah dan naik pitam. Menganggap Ahmad Dahlan mengubah tradisi yang sudah dilaksanakan penduduk bertahun-tahun lamanya.

Melalui suraunya Ahmad Dahlan merintis, mengubah arah kiblat yang benar menghadap Ka'bah. Namun, penduduk menganggap Ahmad Dahdalan sudah mengajarkan aliran sesat, dan merusak keagungan Keraton dan Masjid Besar.

Selain arah kiblat, ia mulai menghimbau pada masyarakat Kauman, agar berdoa  kepada Allah, tidak perlu memakai perantara kyai atau pun dukun, dengan mempersembahkan sesajen. Ia mengatakan bahwa semua umat manusia, dapat berdoa langsung kepada Tuhan-nya. Namun, pada akhirnya Ahmad Dahlan di musuhi. Saat adegan trailler inilah, banyak penonton berlinangan air mata terbawa arus  kesedihan dan emosi yang sangat. Betapa tidak, surau Ahmad Dahlan dirobohkan beramai-ramai oleh penduduk setempat yang menetang perubahan. Ahmad Dahlan dituduh mengajarkan aliran sesat kepada masyarakat setempat.

Ahmad Dahlan sedih, dan sempat putus asa. Ia menginginkan untuk pindah dari Kauman. Tapi  Pak de-nya tidak rela dan menghentikannya bahkan berjanji akan membantunya untuk mendirikan surau lagi. Keluarga Ahmad Dahlan sangat membutuhkan pemikiran-pemikiran darinya, untuk masa depan Kauman.

Hanung Bramantio, selain mengusung kisah ini dengan adegan trailler. Ia juga berhasil menyuguhkan kisah Kyai Ahmad Dahlan yang cerdas ini dengan segar. Kepiawaian main biola, ditampilkan sangat inspiratif. Jazuli, salah satu murid kyai Ahmad Dahlan bertanya,

"Yang disebut agama itu apa kyai?"

Kyai tidak menjawab dengan definisi agama. Beliau malah mengambil biola lalu memainkan tembang Asmaradana yang indah dan membuat mereka terbuai.

"Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi?" tanya Kyai pada para santrinya.

"Aku merasakan keindahan Kyai, kata Daniel.

"Seperti mimpi rasanya", kata Sangidu.

"Tentram, semua persoalan rasanya hilang." sambung Jazuli.

"Damai sekali." tambah Hisyam.

"Itulah Agama!" Kata Kyai sambil menatap muridnya.  "Orang beragama, hidupnya merasakan keindahan, rasa tentram dan damai".

Kyai lalu menyerahkan biolanya, kepada Hisyam dan menyuruh anak itu bermain. Hisyam menolak, karena ia tak dapat memainkan biola. Tapi Sang Kyai tetap menyuruh sebisanya. Maka terdengarlah suara kacau balau, menyakitkan telinga dan mengganggu orang sekitarnya.

"Nah, bagaimana dengan penampilan Hisyam tadi?" tanya Kyai pada santrinya

"Edan, berantakan," jawab Hisyam.

"Demikian juga agama", kata Kyai. "Jika kita tidak mempelajari dengan baik, agama itu hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan merasa terganggu".

Betapa sederhana dan cemerlang Kyai Dahlan menjelaskan pengertian Agama. Dengan lagu Asmaradana yang merdu, Kyai memberi pesan yang kuat. Bahwa, di tangan orang-orang yang memahami agama dengan baik dan mendalam. Maka, agama itu menjadi sesuatu yang indah, menentramkan, damai dan memberi solusi. Kyai berhasil mengubah definisi Agama yang abtrak dari para ilmuwan ahli kalam dan ahli fikih, menjadi konkret. Sederhana dan mudah difahami oleh para santrinya. Dan belajar agama itu butuh proses.

Kyai Dahlan juga dituduh sebagai Kyai Kafir. Hanya karena membuka sekolah, yang menempatkan muridnya duduk di kursi, seperti sekolah modern Belanda.
Ada adegan yang lucu. Disaat ada seorang Kyai yang datang dari Magelang. Kyai itu marah-marah, melihat kursi-kursi yang ada disekolah Ahmad Dahlan buatan orang kafir. Ahmad Dahlan bertanya pada Kyai tersebut,
"Dari Magelang naik apa Kyai?, atau jalan kaki?".
"Hanya orang bodoh, yang berjalan dari Magelang ke Jogjakarta ha ... ha ... ha" jawab Kyai mengejek.
Ahmad Dahlan menjawab, bukan kah kereta api itu juga buatan orang kafir (Belanda). Lalu Kyai itu cengar-cengir dan bergegas pulang.

Ahmad Dahlan pun, merubah penampilannya seperti orang Eropa dan kaum modern karena ia dituduh sebagai Kyai Kejawen. Tapi tuduhan itu tak membuatnya surut. Ahmad Dahlan menyadarkan, bahwa Islam itu tidak hanya berkutat tentang  tauhid saja. Tapi juga mampu memperbaiki kesejahteraan melalui pendidikan.


Berbagai rintangan harus dilewati Ahmad Dahlan. Mulai dari Masjid Besar Kauman tempat ia mengajar, dirobohkan dan dihancurkan massa, dan harus rela  dianggap sebagai kyai kejawen, karena kedekatannya dengan para priyayi di Budi Utomo. Namun, Ahmad Dahlan tetap berjiwa besar dan sabar. Ia bersama Istri  Siti Walidah dan lima murid istimewanya sudja (Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwansyah), Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo ( Abdurrahman Arif).  Mereka kemudian berjuang  untuk membentuk sebuah organisasi yang bernama "Muhammadiyah" artinya umat Nabi Muhammad. Dan bertujuan untuk mengajak umat Islam, agar tidak terbelakang dan mampu  menjawab tantangan  perkembangan zaman.

Kyai Ahmad Dahlan sukses, menyampaikan dakwahnya. Pesan penting dari inti Surah Al- Ma'un, yang menjadi gerakan dalam mengelola sebuah masyarakat yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan untuk memperoleh kesejahteraan sekaligus kesehatan.

Film yang sangat bagus dengan berdurasi 120 menit, mampu memberikan Ghiroh, bagi kita di masa kini dan di masa mendatang. Terlebih melihah situasi saat ini yang sering terjadinya konflik antar kelompok ormas. Film ini bisa menjadi guru buat kita semua. Film ini bukan hanya  di suguhkan untuk warga Muhammadiyah saja  tapi untuk seluruh masyarakat, yang mau menjalankan  agama Islam yang sebenar-benarnya, dengan hati dan belajar menghargai perbedaan.


#TugasReviewFilm
#KelasFiksi
#ODOP6
#onedayonepost






Rabu, 21 November 2018

Review Cerpen


*REVIEW CERPEN LAKON HIDUP*

Oleh : Nurul Hidayah

Judul : Gadis itu tak suka Hari Minggu

Karya : Umi Rahayu

Dipublikasikan : Suara Merdeka
                               11 November 2018.

Alamat Link : https://lakonhidup.com/2018/11/11


Review cerpen berdasarkan unsur-unsur intrinsik fiksi, beserta kekurangan dan kelebihannya.

1. TEMA:

    Kisah gadis kecil, berumur sepuluh tahun
    yang sangat pendiam.

2. TOKOH:
 
    Ana, Ayah dan Ibu Ana.

3. PENOKOHAN:

    Penokohan dalam cerita ini sangat kuat. 
    Ana, seorang gadis kecil yang sangat
    Pendiam. Bahkan tak sepatah kata pun
    terucap, ia hanya membaca berkali-kali
    buku "Pinokio" di dalam kamar.
    Ayah, Ibunya bersyukur. Ana yang  tidak
    merepotkan, dan mereka bisa bekerja.

4. ALUR:

    Alurnya runtut. Dari pengenalan,
    Permunculan masalah, hingga
    Penyelesaiannya.
    Pengenalan tokoh-tokoh yang ada di
    cerita ini, hingga kesibukan orang tua
    Ana, di ceritakan hingga detail.

5. LATAR:

    Latarnya sangat jelas, pemaparannya.
    Dari latar waktu. Disitu ditulis detail
    Hingga jamnya pun di tuliskan.
    Latar tempat. Ana yang hanya berdiam di
    Kamar yang sangat sempit, teman-
    temanya yg beemain ditalah lapang.
    Ayah yang menata kue di teras.
    Membuat cerita itu lebih hidup.

6. GAYA BAHASA:

    Pemilihan diksi yang pas. Bahasanya
    yang sederhana dan mudah difahami.

7. SUDUT PANDANG:

   Orang ke tiga. Cerita ini lebih pada cerita
   fiktif. Bukan cerita dari pengalaman
   pribadi penulis.

8. AMANAT:
 
    Seorang anak yang sangat pendiam.
    Hobi yang positif dari Ana. Ia suka
    membaca karena dengan membaca Ana
    bisa mengalihkan perhatiannya. Yang
    semula pada hari minggu, tak punya
    harapan, dengan membaca ia bisa lalaui
    hari minggunya.

** KELEBIHAN
 
    Kelebihan dari cerita ini alurnya yang
    Pas, tidak muter-muter. Dan pemilihan
    diksinya mudah difahami.

** KEKURANGANNYA

    Kekurangan dari cerita ini, kenapa Ana
    hanya diam di kamar membaca buku.
    Apakah Ana dilarang keluar, oleh orang
    tuanya?. Atau kah Ana cacat sehingga
    Ia cuma diam membaca, di kamar yang
    sempit. Menurutku, konfliknya kurang
    greget.
   

                             - oo0oo -


#TugasReviewCeepen
#Kelasfiksi
#onedayonepost
#ODOP_6








    

Selasa, 20 November 2018

Roro Kembang Sore (2)

                         Roro Kembang Sore
                    (Babat Tulung Agung)
                             (bagian 2)
                   
         

                   
                   

               
Roro Kembang Sore dan Pangeran Lembu Peteng terlena. Mereka lupa akan tugasnya semula. Pangeran Lembu Peteng yang semula mencari Adipati kalang bersembunyi di taman, kini tak lagi dicarinya. Ia terpana dan jatuh cinta. Begitu pun dengan Roro Kembang sore.


Tanpa mereka sadari, Adipati Kalang mengintip dan melaporkan kejadian itu. Ia lapor kepada Kakaknya, Pangeran Bedalem. Setelah mendegar Putrinya di jamah dan bermesraan di taman, Pangeran Bedalem murka dan ingin membunuhnya.

Perang pun terjadi, antara Pangeran Bedalem dan Pangeran Lembu Peteng. Roro Kembang Sore meronta dan tidak rela Ramandanya ingin membunuh kekasih yang sangat dicintainya. Pangeran Lembu Peteng menarik tangan Roro kembang Sore, dan mengajaknya melarikan diri. Roro Kembang Sore menangis terus, disepanjang  pelariannya.

"Pangeran, kenapa semua ini harus terjadi?" isak tangis Roro Kembang Sore sewaktu istirahat di tepi sungai

"Jangan bersedih sayang, aku akan membawamu ke Majapahit" jawab Pangeran Lembu Peteng sambil merangkul mesra kekasihnya.

Roro Kembang sore menangis, air matanya bercucuran tiada henti. Pangeran Lembu Peteng mengusap air mata kekasihnya dengan mesra penuh cinta. Dipelukan kekasihnya, Roro Kembang Sore meratapi cintanya yang ditentang Ramanda juga Pamannya yang bernama Adipati Kalang.

Tanpa disadari, tiba-tiba Pangeran Bedalem menusuk Pangeran Lembu Peteng dari beelakang. Seketika itu pun ia roboh dan tewas. Jenazahnya dibuang ke kali. Kali itu di namakan  'kali Lembu PETENG' hingga sekarang. Roro Kembang Sore yang tau dengan mata kepalanya sendiri kejadian pembunuhan itu, Dia sangat marah dan membenci Ayah juga Pamannya. Pangeran mengajak putrinya pulang. Namun Roro Kembang Sore, tidak menggubris Ayahnya. Kebencian dan kemarahannya, membuat ia bertekat untuk lari meninggalkannya, tanpa tau arah yang dituju.

Roro Kembang sore kelelahan. Ia memutuskan untuk istirahat. Sampailah ia di satu rumah penduduk, rumah Mbok Rondo Dadapan. Ia diterima dengan sangat baik, bahkan Mbok Rondo Dadapan sudah mengakuinya seperti keluarga sendiri. Joko Bodo, putra satu-satunya Mbok Rondo Dadapan, sangat memperdulikan dan selalu ada untuk Kembang Sore. Bahkan Joko Bodo menyatakan cintanya untuk Kembang Sore. Dalam hatinya yang selalu dihantui cinta Pangeran Kalang, Kembang Sore menolaknya. Ia sudah berjanji dalam hatinya. Ia tak akan mencintai lelaki lain, selain Pangeran Lembu Peteng.


Joko Bodo semakin kasmaran. Setiap hari cintanya selalu tumbuh, meski sering kali Kembang Sore menolaknya.

"Roro Kembang Sore, jangan selalu menolak cintaku. Aku akan melakukan apa saja yang engkau mau, demi membuktikan betapa besarnya cintaku padamu Cah ayu?"

Kembang Sore semakin bingung, dengan ulah Joko Bodo. Ia mencari alasan untuk menghindar dan menolaknya. Akhirnya ia berkata pada lelaki yang tak dicintainya itu

"Joko Bodo, aku mau menerima cintamu. Asalkan kamu mau bertapa dan puasa mbisu (tidak bercakap-cakap dengan orang lain."
Kembang Sore sebenarnya kasihan dengan Joko Bodo, tapi tidak mencintai dan menganggapnya sebagai saudara.


Joko Bodo pun pergi kesebuah gunung yang tak jauh dari rumah. Ia buktikan cintanya pada Kembang Sore. Tak lama kemudian  Kembang Sore pun meninggalkan rumah Mbok Rondo Dadapan. Ia berniat menjauh dari Joko Bodo dan menginginkan menyendiri mencari ketenangan. Ia  Akhirnya bertapa di sebuah 'gunung cilik'.

Mbok Rondo Dadapan sangat bingung. Rumahnya sepi tanpa penghuni. Dicarinya mereka kesana-kemari, tapi tidak menemukan siapa pun di rumah. Setelah beberapa lama mencari ia menemukan Joko Bodo yang duduk menyendiri.

"Joko Bodo, Joko Bodo?" Mbok Rondo Dadapan memanggil anaknya hingga beberapa kali. Joko Bodo tetap diam tak bergeming. Dengan rasa kesal dan marah, mbok Rondo Dadapan berucap,

"Joko Bodo kamu 'budhek' seperti batu, kenapa ibu berkali-kali memanggilmu kamu cuma diam membisu?!"


Saat itu juga terdengar suara halilentar seakan menyambar. Saat itu pula Joko Bodo berubah menjadi batu hitam. Ibunya menangis sedih, anak semata wayangnya kini beeubah menjadi batu. Masyarakat sekitar menamainya gunung itu dengan sebutan 'Gunung Budek'

Roro Kembang Sore, dengan segala penyesalannya ia kembali ke kediamannya. Dia sangat bersedih dan berduka. Roro Kembang Sore pun bersumpah, ia tidak mau menikah selain dengan Joko Budeg. Sisa hidupnya untuk bertapa hingga menjadi seorang resi yang digdaya. Hingga akhir hayatnya, ia di makamkan di satu tempat yang dikenal Giri Bolo. Di kec. Kauman Kab. Tulung Agung.


#historicalfiksi
#onedayonepost
#kelasfiksi
#ODOP_6



             

Minggu, 18 November 2018

Roro Kembang Sore

Roro Kembang Sore
(Babat Tulung Agung)





Oleh: Nurul Hidayah

Kerajaan Majapahit, adalah kerajaan yang sangat termasyur dengan Rajanya bernama Raja Brawijaya dan seorang  Maha Patih Gajah Mada.
Raja Brawijaya adalah seorang Raja yang sangat disegani dan dihormati, titahnya selalu dijunjung tinggi dan menjadi panutan semua punggawa kerajaan
dan seluruh rakyat Majapahit.


Untuk menjaga wibawa Majapahit maka wilayah kerajaan Majapait, banyak menrdirikan perguruan-perguruan yang sangat bermanfaat bagi pemerintahan, selain mengajarkan ilmu, juga sebagai penggemblengan calon-calon prajurit yang tangguh dan mumpuni. Para Guru pun umumnya sebagai mata telinga dari perguruan negara. Demikian hubungannya Perguruan Bonorowo yang dipimpin oleh  seorang guru yang bernama Kyai Pacet.  Beliau sangat sakti mandraguna, Ilmunya yang adi luhung dan menjunjung tinggi kebenaran. Murid-muridnya antaralain, Pangeran Lembu Peteng, Pangeran Bedalem, Adi pati Kalang, Minak sopal, Kyai Kasan Besari dan banyak lagi lainnya.

"Para muridku semua yang hadir di perguruan hari ini, aku mohon agar kalian semua harus taat dengan aturan-aturan perguruan, dan jangan sekali-kali menyalah gunakan ilmu ini untuk hal-hal yang nista, cuma  hanya menuruti hawa nafsu dan angkara murka!!" titah sang Guru dengan sabar dan bijak.

Tiba-tiba dipertemuan itu, Kasan Besari tersinggung dan tidak setuju, dengan wejangan dari Gurunya. Matanya terbelalak lebar penuh angkara, telinganya yang memerah dan suaranya yang lantang  dan gemetar, menentang tatanan yang ada.

"Guru, aku tidak sudi dengan semua aturan ini. Buat apa kedigdayaanku kalau aku harus menuruti, semua omong kosongmu, saat ini juga aku akan keluar dari perguruan ini!!" Kasan besari dengan murkanya ia menendang kursi tempat duduknya dan beranjak meninggalkan pertemuan itu.

Kyai Pacet, hanya diam. Setelah Kasan Besari meninggalkan tempat duduknya, maka beliau menugaskan muridnya, yaitu Pangeran Bedalem dan Adipati Kalang untuk menasehati dan membujuknya agar ia mau kembali ke perguruan.

Tanpa terduga oleh Kyai Pacet, ternyata ketiga  muridnya pun bersekongkol untuk mbalelo (menentang), gurunya. Mereka pun membuat rencana yang keji, untuk membunuhnya. Saat itu Kyai Pacet sedang semedi(bertapa), di sebuah gua yang dijaga oleh salah satu murid, yaitu Pangeran Lembu Peteng yang tak lain adalah putra dari  Raja Majapait. Lalu datanglah Kasan Besari dan Adipati Kalang yang berniat jahat, untuk membunuh Gurunya.

Rencana itu gagal, karena mereka bisa dikalahkan oleh Kyai Pacet, akhirnya kedua murid itu melarikan diri dan dikejarlah oleh Pangeran Lembu Peteng. Kasan Besari bersembunyi di Ringin Pitu, sedang Pangeran Kalang bersembunyi di rumah kakaknya yaitu di kadipaten Bedalem.

Dengan tangkasnya Pangeran Lembu Peteng mengejar Adipati Kalang yang menyelinap di taman kaputren. Ia pun tertegun, setelah memandang seorang wanita yang cantik rupawan  sedang menikmati keindahan bunga-bunga yang bermekaran ditaman. Didekatinya putri itu dan mereka saling berkenalan.

"Ni Mas Ayu, siapa namamu, maafkan aku. Yang telah memasuki taman tanpa minta izin terlebih dahulu,? kenalkan namaku Pangeran Lembu Peteng." sapa Lembu Peteng dengan santunnya.

Putri itu tak bergeming, ia terkejut sekaligus terpesona melihat sosok pria yang gagah perkasa juga sangat tampan tiba-tiba ada dihadapannya. Ia tersipu setelah menyadarinya.

"Ma ... Maaf Pangeran, namaku Roro Kembang Sore" jawabnya sambil terbata-bata karena groginya melihat tamu tak diundang, yang membuatnya jatuh hati. Mata yang semula berbinar-binar kini tunduk tersipu malu.

****
Bersambung ....

#HistoricalFiction
#BabatTulungAgung
#PangeranPeteng
#RoroKembangSore

#onedayonepost
#kelasFiksi
#ODOP_6




Jumat, 16 November 2018

AKU TAK RELA


                          AKU TAK RELA


Oleh: Nurul Hidayah

Semilir angin sore yang tanpa disertai turunnya guyuran hujan, fina memutuskan untuk naik sepeda mengelilingi kampung tempat tinggalnya. Dengan santainya ayunan kaki itu tak terasa sudah berkali-kali mengitari jalan di sepanjang kampung.

Fina melihat sosok wanita tua, yang sedang sibuk mengikat kayu di halaman rumah kecil, berukuran 5x10m yang dindingnya terbuat dari bambu. Nenek Asti namanya. Badannya tinggi kurus, kulit kuning langsat berhijab biru.

Pemandangan yang membuat fikiran Fina menggelayut, kenapa Nenek Asti tinggal di gubuk itu, sedang ia mempunyai keluarga, suaminya bernama kakek Hamid meskipun sudah tua, ia masih hidup, dan tentunya masih butuh perhatian dari sang istri tercinta.

Fina hanya bisa menghela nafas panjang, ada apa? orang setua mereka, yang mestinya  rukun dan damai menikmati hari tuanya dengan ditemani anak cucu tersayang tapi ia memilih menyendiri dan sepi tanpa satu pun anak atau cucunya yang menemani.

Nenek Asti, menyendiri di gubuk kecil yang tak jauh dari rumah yang ditempati dengan suami dan anaknya. Rumah limas kuno besar dan bersih keliatan sepi seperti tanpa penghuni ... Lalu kenapa? Nenek Asti harus meninggalkan rumah dan menyendiri, Fina tak habis fikir, kenapa ia harus melihat pemandangan yang miris, tak jauh dari rumahnya ... Yaa Allah, kenapa dengan mereka? fikiran Fina gundah dan tidak tenang.

Sesampai di rumah, Fina istirahat sebentar dan ditemui suami tercintanya.

"Mas, aku tadi melihat Nenek Asti kok sendiri menghuni gubuk kecil, depan rumah Ibu Ani ... Kenapa ya?" rasa penasaran Fina yang tak rela melihat pemandangan yang barusan dilihatnya.

"Iya Dik, mereka berpisah karena Nenek Asti tidak betah hidup bersama suaminya" suami Fina menjawab sesuai kabar yang didengar dari tetangga.

"Astaqfirullah Mas ... Kok bisa-bisanya mengambil keputusan yang gak masuk akal" jawab Fina yang terheran-heran.

"Yaa begitulah jalan hidup seseorang yang kadang aneh dan mengherankan" fikiran suami Fina pun juga sama seperti apa yang di rasakan istrinya.

Pemandangan seperti itu berbulan-bulan dilihatnya, setiap lewat depan rumah itu Fina selalu melihat Nenek Asti sendiri, kalau pagi Nenek Asti berbelanja di depan rumahnya, tukang sayur itu, menghampirinya setiap hari. Dalam hati Fina, apakah bahagia Nenek Asti dengan keputusannya menyendiri di rumah sempit ini. 

Suatu hari terdengar berita, bahwa Kakek Hamid sedang sakit. Aku hanya bisa mengamati dari kejahuan, ternyata Nenek Asti masih punya rasa empati pada suaminya. Ia pulang ke rumah besarnya dan menemani suaminya yang sedang sakit, hatiku lega melihatnya. Karena hubungan mereka membaik tak lagi egois, yang saling mempertahankan ego masing-masing.

Innalillahi wainailaihi rajiun ... Siang itu tersiar kabar bila Kakek Hamid telah meninggal dunia, para tetangga dan sanak saudara pun semuanya melayat, dan menghantarkan kepemakamannya. Rasa sedih dan pilu terlihat jelas dari raut wajah Nenek Asti yang mengiringi kepergian suaminya. Anak cucunya pun berkumpul dan terlihat Nenek Asti tidak sendiri lagi. Walaupun dalam keadaan berkabung, Fina turut senang melihat keharmonisan keluarga itu tercipta kembali.

Terkejut tiba-tiba, kala Fina melihat Nenek Asti yang menghuni gubuk sempit itu lagi, Fina mampir sebentar, ingin sekali bertanya, kenapa nenek Asti, kembali lagi di rumah sempit ini?. Fina memberinya salam, dengan fikiran kacau dan mengurungkan saja niatnya untuk bertanya, Fina tak tega mengorek luka lama di hatinya. Tentu sangat menyakitkan hingga ia memutuskan untuk hidup menyendiri sebatang kara lagi.


Hati Fina sedih mengingat Nenek Asti, ia kembali bertanya pada suaminya yang jawabannya sama saja, ia pun tak tau.

Fina mendekap erat suaminya, dan berucap "Mas, semoga kita diberikan kesehatan, Umur yang panjang dan Berkah, sakinah, mawadah, warrahmah menikmati hari tua bersama anak-anak dan cucu kita ya?"

Suami Fina mengelus lembut lengan istrinya seraya berucap "Aamiin".

#onedayonepost
# kelas fiksi
#Domestic drama
#ODO_6








Kamis, 15 November 2018

Pinokio

  
                       PINOKIO

Oleh:Nurul Hidayah

Di suatu kota kecil, hiduplah seorang lelaki tua, ia sebatang kara tidak punya anak ataupun istri. Ia bernama Gepeto, hidupnya penuh dengan kesunyian tanpa teman. Sehari-harinya Pak Gepeto bekerja sebagai tukang kayu yang handal.

Pada suatu malam, Pak Gepeto menghayal betapa bahagia hidupnya apabila mempunyai seorang anak laki-laki, tentu hidupnya akan penuh warna, ia bisa bercengkrama dan bermain, bisa mendengar celotehan lucu darinya ... Alangkah bahagia, andai semua bisa terjadi, sambil merebahkan tubuhnya Pak gepeto menerawang jauh, dan ahirnya pun  terlelap tidur.


Hari-hari Pak Gepeto bekerja, ia membuat perabot rumah tangga dari kayu. Rumahnya pun dipenuhi kayu-kayu yang berserakan, Pak Gepeto terdiam teringat  hayalannya disetiap malam. Ia pun lesu terdiam kelihatan sangat bersedih. Tak lama kemudian ia mengambil sepotong kayu, lalu dipahatnya dengan sepenuh hati, Pak Gepeto memahat kayu itu menjadi boneka kayu yang tampan dan lucu, ia tersenyum bahagia melihat teman baru yang dibuatnya.

Di suatu malam, hadirlah Peri Biru ia menatap iba kepada Pak Gepeto, ahirnya dengan tongkat ajaibnya boneka kayu itu bisa berubah menjadi anak laki-laki yang tampan dan lucu. Pak Gepeto terbangun,  Peri Biru pun mendekatinya, dan memberitau kalau sekarang Pak Gepeto tidak sendiri lagi ada Pinokio yang akan selalu menemaninya disetiap hari. Dengan rasa haru dan bahagia Pak Gepeto berterimakasih kepada Peri Biru yang baik hati.

Pinokio dengan senang hati berteriak, aku bisa melihat, aku bisa bicara dan aku bisa berjalan. Peri Biru tersenyum dan berkata kepada Pinokio

"Pinokio kamu harus taat pada Ayah Gepeto dan tidak boleh nakal!" Peri Biru menasehati dengan kasih sayang.

"Baiklah Peri Biru, aku akan selalu ingat nasehatmu" jawab Pinokio dengan santun.


Suatu pagi yang cerah, Ayah Gepeto ingin sekali putranya seperti anak-anak yang lain, bisa bersekolah dan Pinokio pun sangat gembira bila Ayah Gepeto menyekolahkannya. Lalu Ayah Gepeto memberikan uang  yang cukup, kepada Pinokio untuk membeli buku, pencil dan peralatan sekolah juga uang sakunya.


Pinokio pun berjalan menuju toko yang ayah katakan, dalam perjalanan ia bertemu seorang anak, Jimy namanya.

"Hai teman, kau akan pergi kemana?" sapa  Jimy serasa meminta simpati Pinokio

"Hai teman, siapa namamu?, aku Pinokio"  jawabnya memperkenalkan diri.

" Namaku Jimy, senang sekali berteman denganmu Pinokio" ucap Jimy merayu.

"Kau mau pergi kemana Pinokio, pertanyaanku belum kau jawab." 

"Aku mau ke toko buku Jimy, ayo kalau mau ikut, Ayah menyuruhku beli buku"

Ahirnya dua bocah itu berjalan bersama, Pinokio sangat senang punya teman sebaya, Jimy mengajak Pinokio untuk membeli permen. Pinokio menyetujui dan membelikan sebagian uangnya untuk membeli permen, tanpa disadari hidung Pinokio memanjang.  Tidak hanya itu saja, Jimy juga merayu pinokio agar sisa uangnya dibelikan tiket untuk menonton pertunjukan "Boneka Stromboli".

Belalang sahabat Pinokio yang selalu mengikutinya, megingatkan Pinokio agar jangan diteruskan bermain dengan Jimy, karena Jimy selalu membuat Pinokio lupa apa kata Ayah Gepeto. Pinokio tidak menggubrisnya, ia larut bujukan Jimy.

Pinokio sedih, mengapa hidungku jadi panjang setiap melakukan kesalahan tapi aku ingin sekali melihat pertunjukan boneka itu. Jimy lalu mengantar Pinokio membeli tiket pertunjukan, karena. uangnya tidak mencukupi, ahirnya Pinokio dapat hukuman dari Stromboli si pemilik pertunjukan itu. Pinokio pun sekarang menjadi pemainya, sorak riuh penonton sangat ramai karena Pinokio dengan hidung panjangnya menjadi perhatian penonton.


Saat bermain hidung Pinokio menyangkut tali, dan membuat pertunjukan menjadi gaduh seketika. Panggung itu roboh dan penonton pun semua lari. Kini tinggal Pinokio sendiri menangis menyesal, ingat Ayahnya. Suara kasar datang tiba-tiba dan marah kepada Pinokio, yang malang. Stromboli menghukum pinokio. dan memasukkan pinokio kedalam ruangan yang terkunci.

Belalang segera memberitahukan kejadian ini, kepada Pak Gepeto, mereka pun segera mendatangi rumah Stromboli dan menebus kembali Pinokio. Ayah Gepeto senang karena telah menemukan anaknya kembali. Begitupun Pinokio kini ia kembali kepelukan Ayah yang selalu menyayanginya.  Pinokio bersama Ayah Gepeto hidup bahagia, ditemani sahabat belalang yang selalu menemaninya dikala Ayah bekerja.


#onedayonepost
#kelas fiksi
#tantanganfantasi
#ODOP_6




Rabu, 14 November 2018

SENANDUNG DOA


             SENANDUNG DOA


Oleh: Nurul Hidayah

Udara yang sejuk, sang bayu pun mengalunkan simponi yang syahdu. Aku duduk di teras rumah, dengan secangkir kopi yang menemani, menikmati sore hari  yang indah. Bunga-bunga nampak ceria menari tertiup angin, harum melati semerbak menyuguhkan kedamaian di hati. Kopi hitam di atas meja, kuseruput perlahan dengan aromanya yang khas membuatku ketagihan untuk selalu ingin meneguknya.

"Nikmat sekali keliatannya?" suara Suamiku membelah keheningan lalu menghampiri duduk di sebelahku

"Iya Mas, ku buatkan teh hangat ya?" sambil aku beranjak masuk menuju ruang dapur yang tak begitu jauh, dari tempat dudukku.

Suamiku cuma tersenyum, tanda ia setuju dengan teh hangat yang aku tawarkan. Meski selera kami beda, tapi saling melengkapi, juga tak menjadi masalah. Meski selera  kami berbeda.

"Ini Mas, teh hangatnya."

Kami asyik ngobrol, tentang bunga-bunga yang bermekaran di sekitar teras. Terasa indah dan nikmat duduk santai ditemani Suami apalagi sesekali bercerita, dan mengingat masa lalu perjalan hidup berumah tangga yang penuh liku, onak dan duri. Dalam hati, aku bersyukur, Allah telah karuniakan segalanya. Apa pun itu, baik suka atau pun duka. Meski rasa perih melanda kami tetap bersama saling menguatkan.

Keharmonisan bersama pasangan adalah salah satu penyemangat hidup, suami yang sabar pengertian yang membuatku selalu ceria meski kadang hadir riak-riak kehidupan menerpa, tapi selalu bergandeng tangan erat tuk menyeberanginya. Indah untuk dikenang, merindu bila saling berjauhan.

Aku yang hoby bersenandung, menambah suasana lebih romantis, saat ku alunkan sebuah syair lagu nostalgia, yang aku hayati dengan syahdunya. Menitik air mata bahagia, meresapi syair lagu yang memukau hatiku. Begitu besar-Nya kasih sayang Allah untuk hamba-Nya, seuntai doa pun tersemat dalam syair ini, tak hayal meleleh air mata ketulusan penuh cinta.

Peluklah diriku
Agar tak jauh darimu
Lebih baik kau tidur
Diatas pelukanku

Sebelum terlena
Senandungkanlah doa
Ukirlah namaku
Di relung hatimu

Lihatlah mentari
Perlahan akan tenggelam
Biasanya kan datang
Rembulan di waktu malam
Angin bertiup menyentuh dedaunan
Nampaknya menari
Riang di temani rembulan.

Tuhan, lihatlah kami
Yang tiada lelah berdoa
Di balik tirai yang sepi
Menanti hangatnya diri
Di bawah sinar rembulan
Nampak terang menitik
Tatapanmu teduh
Indah disinari rembulan.


#onedayonepost
#songlit
#kelasfiksi
#ODOP_6



Selasa, 13 November 2018

Hari yang mendebarkan

 
Hari yang mendebarkan

By: Nurul Hidayah

Suara langkah kaki Ani, menghampiri Ibunya yang sedang memasak di dapur.Dengan berbusana rapi, blus berwarna putih, hijab putih, rok dan sepatunya hitam dia terlihat anggun dimata Ibunya. 

"Assalamualaikum, Ibu Abah mohon doakan aku hari ini, waktunya tes CPNS"  ucap Ani menghiba pada kedua orang tuanya.


"Waalaikumsalam Warohmatullah Wabarakatuh, iya nak Ibu dan Abah mendoakanmu. Semoga semuanya lancar dan dimudahkan Allah, mendapat nilai yang bagus juga bisa lolos"  hampir serempak kedua orang tua itu menjawabnya lalu memeluk dan mencium putri sulungnya.


Dengan penuh haru kedua orang tua Ani menghantar putrinya hingga ke gerbang rumah. Terlihat dengan jelas raut wajah Ani yang penuh suka cita, juga harap-harap cemas dengan tes yang akan dihadapinya. Dia di antar suaminya menuju lokasi tes yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

                                - oo0oo -


"Uti ... aku mau ikut Ibu" Raid sepulang dari sekolah merengek mencari Ibunya.

"Cup ... cup, jangan nangis anak pintar. Kan Raid sudah kelas satu kok masih cengeng" Utinya pun menyapu air matanya dengan penuh kasih sayang.

"Tapi antar aku Uti, untuk menemui ibu ke Gumul disana ada kolam renangnya" pinta Raid 

"Iya Nak, di Simpang Lima Gumul memang bagus tempatnya coba liat diluar, langitnya menghitam, mendungnya tebal kalau hujan bagaimana. Lagian kalau  Ibu dan Ayah sudah pulang sia-siakan kita cari Ibu jauh-jauh" Uti Raid menjelaskanya.

"Kalau begitu ajak aku, bermain di alun-alun Tulung Agung ya Ti?" Raid tetap bersikeras untuk minta bermain.
                    
                                - oo0oo -

Sesampai di alun-alun hujan pun turun disertai angin, akhirnya mereka memutuskan untuk mampir di kedai yang berada di pinggir jalan, dan bisa berteduh disana. Raid dengan lahap makan Pop Mie kesukaannya, dengan segelas milo dan mengambil beberapa snack yang ada dihadapannya. Uti Raid terdiam memandangi guyuran hujan, fikirannya teringat pada putri sulungnya yang sedang menghadapi tes yang sangat berat.
Allahumma Shoyyiban Naafi'an dengan cara berdo'a, ia dapat menenangkan fikirannya. setelah hujan reda Raid masuk sebentar ke Alun-alun  dan akhirnya mereka memutuskan untuk segera  pulang karena sudah sore cuaca pun tidak mengijinkan.

                          - oo0oo -


Sesampai di rumah, Ani dan suaminya sudah tiba terlebih dahulu. Dengan wajah pucat dan lemas ia berbaring di tempat tidur. 
"Kenapa Nak kok wajahmu pucat, apa kamu tadi sering muntah-mutah disana" tanya Ibunya
"Alhamdulillah aku baik-baik saja Bu, calon babyku tadi tak elus sambil ku bilang, nak jangan rewel Ibu lagi menyelesaikan tes dan syukurlah aku tidak sampai muntah-muntah, tapi nilaiku yang membuat galau hatiku, bercampur sesal kenapa nilai TKP-ku cuma kurang satu dari standar yang ditentukan 143 dannilaiku 142 pada hal semua nilaiku bagus-bagus." jawab Ani menjelaskan pada Ibunya.

"Sudalah jangan galau, kita berdoa dan serahkan semuanya kepada Alloh dan Ikhlaskan semuanya, toh kalau itu memang ditakdirkan sebagai riskimu, Insya Alloh tak akan tertukar." Ibu Ani berusaha menghibur dan menenangkan putrinya.

"Iya Bu, yang membuat galau lagi, disesiku tadi berjumlah 365 orang ternyata aku termasuk yang tertinggi diantara teman-temanku tapi yang membuatku sedih, nilaiku yg cuma selisih 1 angka tadi selalu menghantui fikiranku." kesedihan Ani nampak jelas.

"Sudahlah Nak jangan khawatir, jangan sedih kita berprasangka baik kepada Alloh dan perbanyaklah berdzikir supaya hatimu tenang. Alloh Sang Maha Penentu kita semua berhusnudhon kepada-Nya." timpal Abah Ani meyakinkan putrinya.

"Bersyukurlah Dik, semoga Alloh selalu menolong dan melindungi kita percayalah. Kita harus memperbanyak Istiqfar karena dengan begitu Alloh menjanjikan, sebagai penghapus dosa dan akan memberi riski yang tiada tersangka-sangka." Susanto suami Ani dengan lembutnya menguatkan istrinya.
          
                           - oo0oo -


#onedayonepost
#tantangan domestic drama
#ODOP_6













Rabu, 07 November 2018

Past and Present



By : Nurul Hidayah


Pagi yang cerah ... hari ini udaranya sejuk mentari perlahan menyapa dengan hangatnya. Kakak memboncengku  mengendarai sepeda motor, menuju stasiun Kereta Api  Tulung Agung. Perjalananku menuju Surabaya kali ini hanya seorang diri.

Apa boleh buat bersamaan dengan kesibukan masing-masing saudaraku, terpaksa aku putuskan berangkat sendiri, dan Kakak pun hanya bisa mengantar tanpa bisa menunggu sampai keberangkatanku.

Sesampainya di stasiun, aku langsung menghamburkan diri masuk, setelah tiket itu kusodorkan pada petugas jaga, untuk diperiksa. Aku segera mencari tempat duduk yang terdekat dengan pemberhentian Kereta Api. Dan aku pastikan tempat duduk yang aku pilih, tidak jauh dari gerbong kereta yang akan ku tempati nanti.

Kulihat jam tanganku,  masih punya waktu 30menit untuk menunggu, sengaja aku datang lebih awal, lebih baik menunggu di stasiun dari pada ketinggalan kereta Api.

Kuletakan koper kecilku,  sembari duduk sesaat dan terdiam, tiba-tiba terlintas kenangan 4 tahun yang lalu. Disini di stasiun ini, memoriku kembali dimasa-masa bahagia bersama kakak kelasku Faisal namanya.

Mas Faisal, sosok yang ramah, sabar dan sangat care. Wajahnya pun lumayan tampan hingga teman sebangku dengan ku pun, simpati padanya.

Kala itu Mas Faisal, minta tolong kepadaku agar aku mau menjemputnya di stasiun ini. Awalnya aku malu, tapi dalam hati aku tidak tega menolaknya.

Sore yang telah ia janjikan, aku menunggunya di stasiun kereta, Mas Faisal pun sering menelfon untuk memastikan keberadaanku.

"Dik Aida aku hampir sampai, kamu sudah datang menjemputku kah?" suara nya yang khas terdengar jelas

"Iya Mas, Aku sudah menantimu disini jangan khawatir!" jawabku sambil gemetar tak karuan menunggunya.

Tak lama kemudian kereta yang di tumpangi Mas Faisal tiba, hatiku berdecak kencang rasa malu bercampur ingin bertemu bergumul dan bergemuruh di dadaku. Achhh ... Kenapa dengan hatiku, rasa apa yang aku sandang saat ini. Aku kembali gelisah tak menentu.

Senyum manis dan pandangannya yang menyejukkan hatiku, laksana di siram air sewindu. Aku semakin tersipu membalas pandangan itu. Dia semakin dekat menghampiriku, dengan mengucapkan salam dia pun mengulurkan tangannya lalu kita berjabat tangan.

Tiba-tiba Mas Faisal,

"Dik kenapa tanganmu dingin sekali?" sambil memandangiku Mas Faisal seakan minta kejujuran jawaban dariku.

"Tidak aku biasa saja" kata yang singkat untuk menutupi kegrogianku.

"Jangan bohong, sorot matamu dan rona merah pipimu menandakan, kamu kangen aku!? Mas Faisal mencoba membuka hatiku

Cinta pertamaku yang tak mampu kulukiskan dengan kata-kata, hanya diam tersenyum sebagai uangkapan rasa bahagia bila aku bersanding bersamanya.

Sontak ku tersadar dari lamunan, setelah suara operator memberi pengumuman, bahwa pagi ini Kereta Api Doho terlambat pemberangkatannya dan di umumkan 20 menit lagi Kereta Api Doho akan datang.

Aku menghela nafas panjang ... dan beranjak berdiri beberapa menit, agar kepenatan selama duduk berkurang. Seorang nenek yang sudah tua bersama sang kakek yang tak lain adalah suaminya, menghampiriku

"Nak apakah tujuan kita sama?" nenek itu memulai percakapannya

"Maaf ... Nenek mau kemana?" jawabku berbalik bertanya.

"Aku mau ke Malang Nak, dan aku sangat senang kalo kamu pun dalam tujuan yang sama." nenek berusaha menjelaskanku

"Sayang Nenek, kita nanti beda tujuan" jawabku

Lalu nenek pun minta izin untuk duduk di sebelahku.

"Aku kembali duduk, dan terbayang lagi sosok Mas Faisal  yang sekarang telah resmi menjadi Suamiku. 4tahun yang lalu aku masih tersipu-sipu melihatnya, kini beda cerita. Ayah dari dua putriku  yang cantik, buah hati dari pernikahan kami. Dulu dia kakak kelasku tapi sekarang sebagai Imam dalam hidupku.

Kami bahagia bersama, mengarungi bahtera kasih yang berlabuh di dermaga Cinta. Di stasiun ini mengingatkan akan Cinta pertamaku yang mulai bersemi syahdu merindu. Bunga yang indah berjajar rapi, seolah menari mendengar alunan sang bayu. Dalam hati  tersenyum,  mengenang masa-masa lajangku.


#onedayonepost
# tantangan 1fiksi
#edisi revisi
#ODOP_6