Jumat, 23 November 2018

Review film


REVIEW FILM SANG PENCERAH

Oleh : Nurul Hidayah

Film Sang Pencerah

Sutradara: Hanung Brantio

Penulis: Hanung Bramantio

Produser: Raam Punjabi

Tanggal rilis: 8 September 2010

Film Sang Pencerah besutan Hanung  Bramantio. Yang bercerita tentang Darwis putra  Abu Bakar dari Kauman, Jogyakarta.
Bermula dari lahirnya seorang bayi laki-laki yang diberi nama Darwis, tumbuh remaja. Dia sering melihat tradisi/ budaya sesajen, yang dicampur adukkan dengan Agama Islam. Yang menurutnya dapat menyesatkan.

Darwis ( M. Ihsan) yang berusia 15 tahun, Berangkat ke Makah. Pak de-nya yang diperankan oleh Sujiwo tedjo, menyarankan, jika berangkat ke tanah suci, sebaiknya harus membawa perubahan untuk Kauman.

Sepulang dari Makah, Darwis (Lukman Sardi) berganti nama Ahmad Dahlan pemberian nama dari gurunya. Ia menikah dengan seorang gadis bernama Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca).

Ahmad Dahdan sedih, sepulang dari tanah suci. Selama 5 tahun kampung Kauman ditinggalkan tetap saja budaya masyarakat yang kental dengan mistis, melaksanakan syariat agama Islam yang melenceng kearah yang sesat dan menyesatkan.

Perubahan pertama yang dilakukan Ahmad Dahlan ialah merubah arah kiblat. Yang selama ini tidak benar. Ia menggunakan kompas untuk menentukan arah kiblat. Selama ini masyarakat di sekitar Masjid Besar Kauman, sembahyangnya tidak kearah Ka'bah, melainkan ke arah Afrika.

Sang kyai cholil Kamaludiningrat (Slamet Raharjo)  tentu sangat marah dan naik pitam. Menganggap Ahmad Dahlan mengubah tradisi yang sudah dilaksanakan penduduk bertahun-tahun lamanya.

Melalui suraunya Ahmad Dahlan merintis, mengubah arah kiblat yang benar menghadap Ka'bah. Namun, penduduk menganggap Ahmad Dahdalan sudah mengajarkan aliran sesat, dan merusak keagungan Keraton dan Masjid Besar.

Selain arah kiblat, ia mulai menghimbau pada masyarakat Kauman, agar berdoa  kepada Allah, tidak perlu memakai perantara kyai atau pun dukun, dengan mempersembahkan sesajen. Ia mengatakan bahwa semua umat manusia, dapat berdoa langsung kepada Tuhan-nya. Namun, pada akhirnya Ahmad Dahlan di musuhi. Saat adegan trailler inilah, banyak penonton berlinangan air mata terbawa arus  kesedihan dan emosi yang sangat. Betapa tidak, surau Ahmad Dahlan dirobohkan beramai-ramai oleh penduduk setempat yang menetang perubahan. Ahmad Dahlan dituduh mengajarkan aliran sesat kepada masyarakat setempat.

Ahmad Dahlan sedih, dan sempat putus asa. Ia menginginkan untuk pindah dari Kauman. Tapi  Pak de-nya tidak rela dan menghentikannya bahkan berjanji akan membantunya untuk mendirikan surau lagi. Keluarga Ahmad Dahlan sangat membutuhkan pemikiran-pemikiran darinya, untuk masa depan Kauman.

Hanung Bramantio, selain mengusung kisah ini dengan adegan trailler. Ia juga berhasil menyuguhkan kisah Kyai Ahmad Dahlan yang cerdas ini dengan segar. Kepiawaian main biola, ditampilkan sangat inspiratif. Jazuli, salah satu murid kyai Ahmad Dahlan bertanya,

"Yang disebut agama itu apa kyai?"

Kyai tidak menjawab dengan definisi agama. Beliau malah mengambil biola lalu memainkan tembang Asmaradana yang indah dan membuat mereka terbuai.

"Apa yang kalian rasakan setelah mendengar musik tadi?" tanya Kyai pada para santrinya.

"Aku merasakan keindahan Kyai, kata Daniel.

"Seperti mimpi rasanya", kata Sangidu.

"Tentram, semua persoalan rasanya hilang." sambung Jazuli.

"Damai sekali." tambah Hisyam.

"Itulah Agama!" Kata Kyai sambil menatap muridnya.  "Orang beragama, hidupnya merasakan keindahan, rasa tentram dan damai".

Kyai lalu menyerahkan biolanya, kepada Hisyam dan menyuruh anak itu bermain. Hisyam menolak, karena ia tak dapat memainkan biola. Tapi Sang Kyai tetap menyuruh sebisanya. Maka terdengarlah suara kacau balau, menyakitkan telinga dan mengganggu orang sekitarnya.

"Nah, bagaimana dengan penampilan Hisyam tadi?" tanya Kyai pada santrinya

"Edan, berantakan," jawab Hisyam.

"Demikian juga agama", kata Kyai. "Jika kita tidak mempelajari dengan baik, agama itu hanya akan membuat diri sendiri dan lingkungan merasa terganggu".

Betapa sederhana dan cemerlang Kyai Dahlan menjelaskan pengertian Agama. Dengan lagu Asmaradana yang merdu, Kyai memberi pesan yang kuat. Bahwa, di tangan orang-orang yang memahami agama dengan baik dan mendalam. Maka, agama itu menjadi sesuatu yang indah, menentramkan, damai dan memberi solusi. Kyai berhasil mengubah definisi Agama yang abtrak dari para ilmuwan ahli kalam dan ahli fikih, menjadi konkret. Sederhana dan mudah difahami oleh para santrinya. Dan belajar agama itu butuh proses.

Kyai Dahlan juga dituduh sebagai Kyai Kafir. Hanya karena membuka sekolah, yang menempatkan muridnya duduk di kursi, seperti sekolah modern Belanda.
Ada adegan yang lucu. Disaat ada seorang Kyai yang datang dari Magelang. Kyai itu marah-marah, melihat kursi-kursi yang ada disekolah Ahmad Dahlan buatan orang kafir. Ahmad Dahlan bertanya pada Kyai tersebut,
"Dari Magelang naik apa Kyai?, atau jalan kaki?".
"Hanya orang bodoh, yang berjalan dari Magelang ke Jogjakarta ha ... ha ... ha" jawab Kyai mengejek.
Ahmad Dahlan menjawab, bukan kah kereta api itu juga buatan orang kafir (Belanda). Lalu Kyai itu cengar-cengir dan bergegas pulang.

Ahmad Dahlan pun, merubah penampilannya seperti orang Eropa dan kaum modern karena ia dituduh sebagai Kyai Kejawen. Tapi tuduhan itu tak membuatnya surut. Ahmad Dahlan menyadarkan, bahwa Islam itu tidak hanya berkutat tentang  tauhid saja. Tapi juga mampu memperbaiki kesejahteraan melalui pendidikan.


Berbagai rintangan harus dilewati Ahmad Dahlan. Mulai dari Masjid Besar Kauman tempat ia mengajar, dirobohkan dan dihancurkan massa, dan harus rela  dianggap sebagai kyai kejawen, karena kedekatannya dengan para priyayi di Budi Utomo. Namun, Ahmad Dahlan tetap berjiwa besar dan sabar. Ia bersama Istri  Siti Walidah dan lima murid istimewanya sudja (Giring Ganesha), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwansyah), Hisyam (Dennis Adhiswara) dan Dirjo ( Abdurrahman Arif).  Mereka kemudian berjuang  untuk membentuk sebuah organisasi yang bernama "Muhammadiyah" artinya umat Nabi Muhammad. Dan bertujuan untuk mengajak umat Islam, agar tidak terbelakang dan mampu  menjawab tantangan  perkembangan zaman.

Kyai Ahmad Dahlan sukses, menyampaikan dakwahnya. Pesan penting dari inti Surah Al- Ma'un, yang menjadi gerakan dalam mengelola sebuah masyarakat yang mengalami kemiskinan dan kesengsaraan untuk memperoleh kesejahteraan sekaligus kesehatan.

Film yang sangat bagus dengan berdurasi 120 menit, mampu memberikan Ghiroh, bagi kita di masa kini dan di masa mendatang. Terlebih melihah situasi saat ini yang sering terjadinya konflik antar kelompok ormas. Film ini bisa menjadi guru buat kita semua. Film ini bukan hanya  di suguhkan untuk warga Muhammadiyah saja  tapi untuk seluruh masyarakat, yang mau menjalankan  agama Islam yang sebenar-benarnya, dengan hati dan belajar menghargai perbedaan.


#TugasReviewFilm
#KelasFiksi
#ODOP6
#onedayonepost






6 komentar: