Minggu, 18 November 2018

Roro Kembang Sore

Roro Kembang Sore
(Babat Tulung Agung)





Oleh: Nurul Hidayah

Kerajaan Majapahit, adalah kerajaan yang sangat termasyur dengan Rajanya bernama Raja Brawijaya dan seorang  Maha Patih Gajah Mada.
Raja Brawijaya adalah seorang Raja yang sangat disegani dan dihormati, titahnya selalu dijunjung tinggi dan menjadi panutan semua punggawa kerajaan
dan seluruh rakyat Majapahit.


Untuk menjaga wibawa Majapahit maka wilayah kerajaan Majapait, banyak menrdirikan perguruan-perguruan yang sangat bermanfaat bagi pemerintahan, selain mengajarkan ilmu, juga sebagai penggemblengan calon-calon prajurit yang tangguh dan mumpuni. Para Guru pun umumnya sebagai mata telinga dari perguruan negara. Demikian hubungannya Perguruan Bonorowo yang dipimpin oleh  seorang guru yang bernama Kyai Pacet.  Beliau sangat sakti mandraguna, Ilmunya yang adi luhung dan menjunjung tinggi kebenaran. Murid-muridnya antaralain, Pangeran Lembu Peteng, Pangeran Bedalem, Adi pati Kalang, Minak sopal, Kyai Kasan Besari dan banyak lagi lainnya.

"Para muridku semua yang hadir di perguruan hari ini, aku mohon agar kalian semua harus taat dengan aturan-aturan perguruan, dan jangan sekali-kali menyalah gunakan ilmu ini untuk hal-hal yang nista, cuma  hanya menuruti hawa nafsu dan angkara murka!!" titah sang Guru dengan sabar dan bijak.

Tiba-tiba dipertemuan itu, Kasan Besari tersinggung dan tidak setuju, dengan wejangan dari Gurunya. Matanya terbelalak lebar penuh angkara, telinganya yang memerah dan suaranya yang lantang  dan gemetar, menentang tatanan yang ada.

"Guru, aku tidak sudi dengan semua aturan ini. Buat apa kedigdayaanku kalau aku harus menuruti, semua omong kosongmu, saat ini juga aku akan keluar dari perguruan ini!!" Kasan besari dengan murkanya ia menendang kursi tempat duduknya dan beranjak meninggalkan pertemuan itu.

Kyai Pacet, hanya diam. Setelah Kasan Besari meninggalkan tempat duduknya, maka beliau menugaskan muridnya, yaitu Pangeran Bedalem dan Adipati Kalang untuk menasehati dan membujuknya agar ia mau kembali ke perguruan.

Tanpa terduga oleh Kyai Pacet, ternyata ketiga  muridnya pun bersekongkol untuk mbalelo (menentang), gurunya. Mereka pun membuat rencana yang keji, untuk membunuhnya. Saat itu Kyai Pacet sedang semedi(bertapa), di sebuah gua yang dijaga oleh salah satu murid, yaitu Pangeran Lembu Peteng yang tak lain adalah putra dari  Raja Majapait. Lalu datanglah Kasan Besari dan Adipati Kalang yang berniat jahat, untuk membunuh Gurunya.

Rencana itu gagal, karena mereka bisa dikalahkan oleh Kyai Pacet, akhirnya kedua murid itu melarikan diri dan dikejarlah oleh Pangeran Lembu Peteng. Kasan Besari bersembunyi di Ringin Pitu, sedang Pangeran Kalang bersembunyi di rumah kakaknya yaitu di kadipaten Bedalem.

Dengan tangkasnya Pangeran Lembu Peteng mengejar Adipati Kalang yang menyelinap di taman kaputren. Ia pun tertegun, setelah memandang seorang wanita yang cantik rupawan  sedang menikmati keindahan bunga-bunga yang bermekaran ditaman. Didekatinya putri itu dan mereka saling berkenalan.

"Ni Mas Ayu, siapa namamu, maafkan aku. Yang telah memasuki taman tanpa minta izin terlebih dahulu,? kenalkan namaku Pangeran Lembu Peteng." sapa Lembu Peteng dengan santunnya.

Putri itu tak bergeming, ia terkejut sekaligus terpesona melihat sosok pria yang gagah perkasa juga sangat tampan tiba-tiba ada dihadapannya. Ia tersipu setelah menyadarinya.

"Ma ... Maaf Pangeran, namaku Roro Kembang Sore" jawabnya sambil terbata-bata karena groginya melihat tamu tak diundang, yang membuatnya jatuh hati. Mata yang semula berbinar-binar kini tunduk tersipu malu.

****
Bersambung ....

#HistoricalFiction
#BabatTulungAgung
#PangeranPeteng
#RoroKembangSore

#onedayonepost
#kelasFiksi
#ODOP_6




9 komentar: