Sabtu, 06 Oktober 2018

KENANGAN PILU


           KENANGAN PILU

Oleh : Nurul Hidayah
                 ( bagian 3)



       Hatiku sangat gelisah mengingat Ibu berbaring sendirian, tanpa boleh kami dampingi. Aku tidak bisa tidur dan fikiranku carut marut tidak karuan.

       Pagi itu pukul 03.00 WIB semestinya dokter atau perawat memberitau kami tentang keadaan Ibuku, tetapi dari malam pukul 20.00 WIB sampai pagi itu tak ada kabar beritanya. Hatiku pun serasa teriris-iris melihat beberapa jenazah lalu-lalang di malam hingga pagi itu ... aku hanya bisa berdo'a smoga Ibuku bisa sembuh kembali.

        Lagi-lagi   suara burung itu datang seakan diatas kepalaku dan memekakan telinga karena sepertinya sangat dekat sekali, aku merasa hatiku seakan ada sesuatu yang mengkhawatirkan satu-persatu saudarku aku bangunkan, dan aku katakan kalau hatiku tidak enak rasanya seperti ada firasat yang membuat aku tergerak untuk mendekat di pintu ruangan Ibu.

         Saat itu pula kami semua merapat, dan tidak berapa lama gawaiku berbunyi  ternyata anakku yang dari Banyuwangi mengabarkan kalau sudah sampai di Tulung Agung, mereka ingin sekali bertemu neneknya dan menjenguknya di rumah sakit. Ayahnya pun minta izin padaku untuk menjemputnya.

          Selang beberapa menit ada panggilan untuk keluarga Ibu Siti 'aisyah tak lain adalah nama Ibu ...akupun memberitau saudaraku dan kamipun lari masuk ke ruang rawat Ibu ... dan perawatpun menganjurkan untuk masuk satu- persatu.
tapi apa yang terjadi ... panggilan itu adalah kabar duka karena dokter menyampaikan bahwa mereka sudah berusaha semaksimal mungkin dan nyawa Ibu tidak bisa tertolong ... hatiku serasa tersambar, Astagfirulloh ... Innalillahi wa innailaihi rojiun air mataku sudah deras tak terbendung, Ibu begitu cepat engkau kembali, tanpa ada tanda-tanda sebelumnya.

      Kami semua berkabung, dan rasanya andai waktu bisa berputar kembali ... adikku menangis menyesali kenapa tadi pagi membawa Ibu ke dokter bukanya langsung saja ke rumah sakit hingga Ibu jadi tak sadarkan diri dan akhirnya Ibu tiada. Rasa sesal dan tak berdaya hanya do'a buat Ibu juga air mata yang selalu deras bercucuran kami menunggu jenazah Ibu ...

         Yaa Alloh ... itu  semua sudah takdir Mu, kami hanyalah hamba Mu, yang selalu berharap kemurahan dan kasih sayang Mu. Semoga yang terbaik Untuk Ibuku, semoga Ibu khusnul khotimah diampuni kesalahan Ibu, dan diterima amal ibadah Ibu. Semoga Alloh mengangkat derajad Ibu ... bersama golongan orang-orang yang shaleh Aamiin ...

        Akhirnya setelah semuanya selesai dan Ibu sudah dikirim ke ruang jenazah kami pun mengambil Ibu dan membawanya pulang bersama mobil jenazah dari rumah sakit. Sesampai dirumah linangan air mata dr cucunya jg saudara dan para pelayatpun menghiasi wajahnya. Rasa terkejut dan duka yang mendalam yang dirasakan, setelah dimandikan dan dikafani Jenazah Ibu di pindak ke Masjid banyak dari pelayat yang mensholatkan jenazahnya apalagi seluruh siswa MIM juga turut bersama berjajar rasanya pagi itu sangat terharu sekali.

Kini tinggal kenangan manis yang sering terlintas, semoga Ibu tenang disana ... Anak cucumu yang selalu mendo'akanmu Ibu Robbiqfirli waliwalidaya warkhamhumma kama Robbayani Syaghira.


#onedayonepost
# ODOP_ 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar