Selasa, 04 September 2018

Perjalanan Panjang


     Perjalanan Panjang
          
   

     oleh : Nurul Hidayah.

     
Kereta Api ... itulah salah satu transportasi pilihan keluarga besar kami, yang akan membawa kami kesebuah kota paling ujung timur.  Kota bekas kerajaan Raja Minak jingga, tepatnya kerajaan itu berada di kota Blambangan dan yang sekarang terkenal dengan nama kota Banyu wangi.

     Seminggu, sebelumnya, kami sudah memesan tiket. Kami persiapkan, sebelumnya agar jangan sampai, kehabisan seperti tahun lalu.

     Hari itu kamis bertepatan dengan tanggal 30 Agustus 2018, sesuai jadwal yang yang tertera di tiket, kami berangkat pada jam  09.12 WIB dan setengah jam sebelumnya kami semua telah mempersiapkan diri untuk datang lebih awal, sampai di stasiun.


     Suara keretapun tiba, membuat kami disibukan dengan mengangkat semua barang bawaan dan oleh-oleh, sebagai buah tangan yang akan kami berikan, nanti. Si kecil yang masih berusia 1tahun Nizam namanya, merasa keheranan begitu naik di atas kereta ... maklumlah baru kali ini si kecil  menikmati rasanya naik kereta. Ia kelihatan sedikit tegang. Raut wajahnya berubah memerah dan badannya diam terpaku seolah, memaksakan tubuhnya memberanikan diri di dalam kebisingan suara kereta yang menegangkan. Meski masih dalam gendongan Ibunya, Ia tetap diam.


     Kini setelah semuanya duduk menempati kursi masing-masing kereta pun mulai berangkat melaju meninggalkan stasiun, barulah kami bersepuluh yang duduknya saling berdekatan bisa bercengkrama saling ngobrol kesana kemari dan sesekali menggoda mengajak si kecil bercanda, ketegangan si kecil pun mencair, Ia mulai mau tersenyum, setelah keretanya mulai berangkat. Rasanya saat itu sangatlah bahagia. Karena jarang sekali kami bisa kompak bergabung, apalagi bepergian bersama. Tawa sikecil dan kelucuanya menambah keseruan dan kebahagiaan tersendiri dalam perjalanan kami.

       Kakak Raid, yang berusia 6tahun juga ikut dalam rombongan. Ia sangat enjoy naik kereta api. Semua yang di lihatnya, jadi topik pembicaraan yang panjang dan sering pula jadi bahan tertawaan. Sesekali, membayangkan, betapa bahagianya nanti bila berjumpa dengan adik-adiknya di Banyu Wangi, mereka pun akan sangat bahagia bertemu kakak Raid. Yang lama sudah dinanti.


       Di tengah-tengah keseruan, candaan kami tiba-tiba Pak Adi, suami Ibu Cahya kelihatan terkejut dan seraya berkata "Masya Alloh" titipan Rahma tertinggal. Sontak membuat suasana menjadi panik, semua saudara saling bengong ... "lho kok bisa Bah?" tanya Aini kepada Abahnya. "Iya aku lupa, barang tadi belum aku bawa." jawab Pak Adi pada anaknya.
"Terus bagaiamana ini?" Pak Adi kliatan binggung sekali semua saudara pun ikut bingung dan masing-masing memberi saran padanya.


      Bu Cahya akhirnya bertanya pada keponakan yang punya usul agar barang yang tertinggal itu dipaketkan saja. "Ali, kira-kira kalo barang itu dipaketkan , nyampe ke Banyuwangi kapan ya? tanya bu Cahya, pada Ali.


      Jawab Ali, "mungkin dua atau tiga hari bisa sampai." tapi yang jadi masalah, barang tadi, cuma dititipkan begitu saja. Apalagi, Pak Adi khawatir barang itu tidak aman.  Dan takutnya hilang. 


       Sudah ... sudah ... Suara Ibu Cahya menenangkan suasana, "Bagaimana sebaiknya, Bah?" tanya Ibu Cahya pada suaminya. Pak Adi menjawab, "aku saja yang turun di stasiun terdekat dan balik ke stasiun Tulung Agung, untuk mengambil barang  dan nanti aku naik bus saja menuju stasiun Malang, kita nanti bertemu disana!"


       Kereta pun berhenti di stasiun terdekat. Pak Adi, pamit pada istri dan saudara-saudaranya. Kepanikan itu membuat Pak Adi lupa bawa handphon yang di taruh di atas meja kecil kereta. Astagfirullah, "Abah tidak bawa handphonya  ucap Aini!" trus nanti dengan cara apa, kita bisa berkomunikasi dengan Abah.


       Bu Cahya, tambah bingung. Bagaimana nanti, dengan cara apa, bisa berkomunikasi dengan suaminya. Kini fikirannya bergelayut, dan berandai-andai. Tapi segala kemungkinan yang tidak di inginkan ditepisnya. Di buang jauh-jauh segala kegundahan di hati. Sesekali handphon di tangannya di lihat, dan berharap pak Adi menghubunginya.


       Diperjalanan tidak lagi ceria, seperti tadi sebelum ada peristiwa tertinggalnya barang. Barang itu, pesanan Rahma yang berupa 300 kerudang dan lumayan berat. Ibu Cahya sering tertegun,  dan sesekali menanyakan kira-kira Abah, bagai mana ya ? yaah berfikir positif sajalah dan berdo'a semoga semuanya lancar dan baik- baik saja ...


       Dalam kegundahanya, Ibu Cahya  sesekali mengambil handphonya melihat whatshap yang masuk, saat itu dibacanya dari salah satu teman, yang  memberitaukan kabar, kalau dia ketemu dengan pak Adi. Dan membawa barang-barang, sedang menunggu bus menuju Malang. hati Ibu Cahya sedikit lega, membaca info dari temanya. "Alhamdulillah ... dapat informasi dari teman,  tentang Abah dan barang-barang yang tertinggal tadi, ternyata aman." ucap bu Cahya.


      Stasiun demi stasiun telah dilaluinya jarum jam kini telah menunjukan jam 12.00 WIB, sebentar lagi kereta akan berhenti di stasiun Malang, kami pun bersiap - siap untuk mengecek barang-barang bawaan kami.

       Kereta berhenti, dan kami semua turun satu persatu, si kecil tertidur di gendongan ibunya, dan kami semua menuju ruang tunggu untuk beristirahat, dan menaruh
barang bawaan kami.  Dan bergantian untuk mengambil air wudhu dan shalat di Mushola stasiun.

       "Abah kok belum datang ya?" tanya bu  Cahya pada Aini.
"Sabar, Bu, di tunggu dulu waktunya masih lama" jawab Aini menenangkan ibunya.

Lalu-lalang, para calon penumpang kereta api berliweran. Pengliahatan bu Cahya sampai terasa pedas mengamati suaminya yang tak kunjung datang, jam makan siang pun tak dihiraukan, bu Cahya terus saja menunggu.

       Jarum jam, terus berputar. Waktu demi waktu berlalu tanpa kepastian. Ibu Cahya sangat gusar hatinya, setengah jam lagi kereta akan berangkat menuju Banyu Wangi. Pak Adi tetap saja belum tiba. Aini keluar menghampiri ibunya di pinggir jalan dan mengajaknya untuk masuk lagi ke stasiun karena sebentar lagi kereta akan berangkat.

        Kami pun akhirnya memutuskan masuk di stasiun lagi. Dengan berat hati, 4jam menunggu tanpa ada hasilnya. Pak Adi mungkin naik bus dan tidak lagi bisa bergabung dengan rombongan kami.


#latarkereta
#komunitasonedayonpost
#ODOP_6


18 komentar:

  1. Wah jadi inget jaman kecil dulu suka naik kereta api jkt cirebon..


    Salam kenal mba,

    BalasHapus
  2. Keren mb. Cuman mungkin tanda titik 3 kalinya dikurangi untuk tulisan selanjutnya. Sama diperhatikan pemakaian 'di' untuk menunjuk tempat atau menunjuk benda 😅

    BalasHapus
  3. saya kalo naik kereta
    kok laperan banget ya?
    hahaha

    salam kenal mb
    sukakkk alur ceritanya

    www.innaistantina.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalo laper mah gampang, di kereta kan tersedia. he..he...he
      Triakasih slm kenal kembali

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. Saya seumur umur blm pernah naik Thomas n friends 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. pokoknya rugi kalo gk nyoba, skrg fasilitasnya sgt bagus.

      Hapus
  5. ngga suka naik kereta T.T gara2 film Final Destination >,<

    BalasHapus
    Balasan
    1. aduhh...dedek dont cry...
      nyaman banget lho, sangat menginspirasi bisa buat nge ODOP lagi wk...wk..wk,

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus